Deeper Journey, Faith

Hidup dalam Kelimpahan Rohani

Fig 04 09 2018 22 42 53 1

Kita menjadi begitu sibuk melayani Allah sehingga kita benar-benar kehilangan kontak pribadi dengan Dia. Kita berjuang untuk Allah, tetapi kita berjuang tanpa Dia.

(Richard Pratt)

Salah satu tanggung jawab kita sebagai orang percaya adalah dipanggil untuk mengerjakan keselamatan yang sudah kita terima (Filipi 2:12). Bentuk konkrit dalam mengerjakan keselamatan kita adalah dengan melakukan berbagai aktifitas pelayanan. Pada waktu pelayanan yang kita lakukan itu berkembang, maka akan semakin banyak aktifitas pelayanan yang perlu dilakukan dan semakin banyak pengorbanan yang dituntut.

Terkadang hal ini mengakibatkan anak-anak Tuhan dalam pelayanan mengorbankan saat teduh (saat teduh adalah waktu khusus untuk bersekutu dengan Tuhan secara pribadi melalui doa, perenungan Firman Tuhan, puji-pujian). Alasannya antara lain kelelahan dalam pelayanan dan sebagainya. Berkaitan dengan hal ini, Richard L. Pratt memberikan komentar bahwa: Begitu banyak panggilan untuk berperang yang menuntut perhatian kita sehingga kita mengorbankan relasi…

Keintiman dengan Allah seringkali menjadi hal pertama yang hilang ketika kita terlalu berkonsentrasi berjuang demi kemuliaan. Kita menjadi begitu sibuk melayani Allah sehingga kita benar-benar kehilangan kontak pribadi dengan Dia. Kita berjuang untuk Allah, tetapi kita berjuang tanpa Dia. Oleh karena hubungan pribadi dengan Tuhan tidak dijalankan dengan baik maka pelaksanaan pelayanan hanya dilakukan dalam tuntutan kewajiban semata, yang berjalan dalam irama yang monoton atau rutinitas, dan berujung pada kesuaman dalam pelayanan, akibatnya para pelayan tersebut bisa jatuh kedalam motifasi yang salah dalam melayani seperti sungut-sunggut, menghitung keuntungan materi atau memperilah diri dengan jalan mencari pujian manusia. Dengan demikian muncul pertanyaan yang perlu dijawab: Apakah benar, semakin sibuknya seseorang dalam pelayanan memperbolehkan ia untuk meninggalkan hubungan pribadi dengan Tuhan? Apakah benar, semakin sibuknya seseorang dalam pelayanan justru membuatnya semakin mengalami kehampaan rohani? Jawabannya adalah tidak.

Para pelayan Tuhan yang semakin sibuk dalam pelayanan seharusnya semakin mengalami hubungan yang erat dengan Tuhan, sehingga semakin mengalami kelimpahan rohani. YESUS KRISTUS: TELADAN HIDUP DALAM KELIMPAHAN ROHANI Peneladanan kita akan Kristus menarik orang kepada Dia yang menyelamatkan. Penderitaan kita sangat penting, tetapi hanya penderitaan Kristus yang menyelamatkan. Oleh karena itu, marilah kita meneladani kasih-Nya, tetapi jangan mengambil tempat-Nya. ( John Piper )

Allah Tritunggal adalah Allah yang disembah oleh orang Kristen. Dalam konsep Allah Tritunggal, kita pahami tentang penyembahan yang ditujukan kepada satu Allah namun terdiri dari 3 (tiga) Pribadi yaitu Bapa, Anak (Yesus Kristus) dan Roh Kudus. Allah Tritunggal dinyatakan dalam Alkitab sejak awal kitab Kejadian (Kejadian1:1-2; bandingkan Yohanes 1:1) sampai akhir kitab Wahyu (Wahyu 21:22). Ketiganya adalah Alpha dan Omega (Wahyu 1:8; 21:6; 22:13) Arche dan Telos (Yang Awal dan Akhir, Wahyu 1:17;2:8;21:6;22:13). Dengan demikian dapat dipahami bahwa Yesus Kristus adalah Allah sejati, karena Ia adalah oknum kedua dari Allah Tritunggal.

Sebagai Allah, Ia dapat melakukan segala sesuatu di dalam kemahakuasaan-Nya guna menyelesaikan tugas pelayanan-Nya. Walaupun Yesus Kristus sebagai Allah, Ia membuktikan kepada kita bahwa Ia juga bergantung kepada relasi yang terjalin di dalam Allah Tritunggal. Dimana Yesus Kristus membutuhkan relasi Bapa dalam hidupnya. Ia juga membutuhkan relasi Roh Kudus dalam hidup-Nya (ini dapat dibuktikan dalam peristiwa pembaptisan Yesus Kristus dan Penyaliban Yesus Kristus). Mengapa demikian? Sebab ketiga oknum yang memiliki esensi dasar sebagai satu Allah, dapat dibedakan dalam oknum ( Bapa bukan Yesus Kristus, Yesus Kristus Bukan Roh Kudus dan Roh Kudus bukan Bapa dan Yesus Kristus) dan karya-Nya ( Bapa merencanakan keselamatan bagi manusia, Yesus Kristus melaksanakan keselamatan bagi Manusia dan Roh Kudus menerapkan keselamatan dalam kehidupan orang percaya) tetapi tidak dapat dipisahkan satu dari yang lain.

Sebagaimana yang dijelaskan oleh Louis Berkhof bahwa: …membicarakan tentang Allah Tritunggal, senantiasa memandang ketiga pribadi itu dalam satu kesatuan, dan pada kesatuan yang terdiri atas tiga pribadi. Berkaitan dengan betapa pentingnya relasi antara Yesus Kristus dengan Bapa di Surga maka, alkitab memberikan setidaknya 3 contoh kongkrit dalam kehidupan Tuhan Yesus. Dimana, semakin Yesus Kristus sibuk dalam pelayanan, semakin Ia setia dalam berelasi dengan Bapa di Surga secara pribadi. Pertama; Sebelum Yesus memulai pelayanan, pagi-pagi benar Ia mengambil waktu teduh untuk bersekutu dengan Bapa di Surga, (Markus 1:35) dan setelah Ia melayani banyak orang, Ia semalam-malaman mengambil waktu untuk bersekutu dengan Bapa di Surga secara pribadi (Matius 14:23, Lukas 6:12).

Pertanyaan yang muncul dalam benak kita adalah, mengapa Tuhan Yesus sebelum memulai pelayanan, Ia harus terlebih dahulu bersekutu dengan Bapa di Surga? Jawabannya adalah pertama; Tuhan Yesus sangat membutuhkan keintiman relasi Allah Tritunggal sebagai kekuatan yang mendasari pelayanan-Nya, sebab walaupun Ia adalah Allah sejati namun juga merupakan Manusia sejati. Dimana, sebagai Manusia sejati, Ia akan mengalami tantangan baik dari Setan/Iblis ( Matius 4), maupun dari manusia dalam pelayanan yang diemban-Nya. Kedua; Ia memberikan contoh bagi murid-murid serta gereja segala zaman bahwa betapa pentingnya membina relasi dengan Allah dalam kehidupan pribadi maupun pelayanan, karena disanalah letak kekuatan untuk menjalani hidup ini dan juga pelayanan yang di emban. Alasan dasar mengapa relasi dengan Tuhan dapat memberikan kekuatan dalam hidup dan pelayanan? Sebab disana kita semakin mengenal kehendak Tuhan sehingga kerohanian kita terus bertumbuh. Dengan pertembuhan rohani tersebut membuat kita semakin dewasa dan matang dalam berespon terhadap setiap persoalan dan tantangan hidup. Dimana respon kita bukan berdasarkan apa kehendak kita, melainkan berdasarkan apa yang dikehendaki Allah.

Pertanyaan selanjutnya yang muncul dari Matius 14:23, Lukas 6:12 adalah mengapa Yesus Kristus setelah Ia selesai pelayanan, Ia semalam-malaman harus mengambil saat teduh dengan Bapa? Bukankah sebelum memulai pelayanan Ia sudah berelasi dengan Bapa, apakah itu tidak cukup?…mengapa setelah pelayananpun, Ia mengambil waktu untuk berelasi dengan Bapa? Bukankah setelah pelayanan Ia sudah mengalami keletihan sebab banyak tenaga yang sudah terkuras selama menjalani pelayanan dari pagi sampai dengan malam? Bukankah dalam keletihan tubuh, Tuhan Yesus membutuhkan istirahat? Jawabannya adalah bahwa relasi dengan Bapa di Surga adalah sebuah kebutuhan yang dilandasi oleh cinta kasih kekal. Dimana, cinta kasih kekal itu tidak dapat dikalahkan oleh keletihan pelayanan-Nya di dunia ini. Dengan demikian cinta kasih itu menggerakkan-Nya untuk memiliki kerinduan yang sangat dalam guna berelasi dengan Bapa, sehingga kerinduan ini harus dipenuhi oleh Yesus Kristus. Kedua; Matius 26: 36-46 menceritakan tentang peristiwa dimana, Tuhan Yesus mengalami ketakutan yang dahsyat di dalam Taman Getsemani sebelum ditangkap dan disalibkan.

Ketakutan Yesus ini menimbulkan pertanyaan apakah ketakutan yang dialami oleh Yesus yang adalah Allah disebabkan karena semua hal yang akan dihadapiNya di dalam penderitaan? Yaitu takut terhadap cambukan, siksaan, mahkota duri, salib dan kematian yang akan dialami? Jawabannya adalah bukan, Yesus tidak takut kepada penderitaan tetapi kepada cawan yang melambangkan MURKA ALLAH yang dialami-Nya. Cawan ini mengakibatkan suatu kejadian yang tidak pernah terjadi dalam kekekalan sebelum dan setelah peristiwa Salib, yaitu KETERPISAHAN RELASI sementara yang terjadi antara Bapa sebagai oknum pertama dengan Yesus Kristus sebagai oknum kedua dalam esensiNya sebagai Allah Tritunggal yang tidak boleh terpisah (Matius 27:46). Untuk mengatasi ketakutan ini Yesus mengambil waktu untuk sungguh-sungguh berdoa secara pribadi dengan Bapa sebanyak 3 kali. Bahkan dalam berelasi dengan Bapa, peluh Yesus sampai tercucur seperti titik-titik darah. Akibat Yesus mengambil waktu untuk berelasi dengan Bapa, Yesus kembali mendapatkan kelimpahan kekuatan untuk menyelesaikan pelayanan-Nya guna menyelamatkan manusia.

Ketiga; Ketika Yesus sedang menuntaskan tugas penyelamatan manusia di atas kayu salib, Ia mengumandangkan betapa pentingnya relasi dengan Bapa sebagai kelimpahan kekuatan untuk menjalankan tugas pelayanan yaitu dengan teriakan AllahKu-AllahKu mengapa Engkau meninggalkan Aku? (Matius 27:46). Kalimat ini mengindikasikan bahwa dalam penderitaan pelayanan yang berat Ia sungguh-sungguh membutuhkan kehadiran dan relasi yang intim dengan Bapa dalam hidup-Nya. ?Contoh Yesus Kristus ini, menjadi pelajaran bagi gereja Tuhan, dimana seharusnya semakin banyak tantangan dan penderitaan yang dialami semakin merasakan betapa penting relasi dengan Tuhan bukan semakin menjauh dari Tuhan. Sebab tanpa Tuhan , gereja Tuhan, tidak akan mungkin memiliki kekuatan untuk tanpil menjadi pemenang. Dengan demikian, jelaslah bahwa semakin Yesus melakukan pelayanan yang berat, semakin Ia setia dalam membina relasi dengan Bapa di Surga.

Semakin Ia memiliki relasi yang indah dengan Bapa di Surga maka semakin Ia memiliki kekuatan dan kelimpahan sukacita untuk mengerjakan kehendak Bapa di Surga. Berkaitan dengan kehidupan Yesus didalam doa, maka Henry Scougal dan Robert Leighton menjelaskan bahwa: …kita dapat mengatakan bahwa seluruh kehidupan Yesus penuh dengan Doa, karena Ia terus-menerus berkomunikasi dengan Allah. Bahkan ketika ia tidak sedang mempersembahkan doa. Ia selalu menjaga agar api tetap berkobar di mezbah. Yesus tidak pernah dikalahkan oleh kehampaan rohani atau jiwa yang suam-suam kuku seperti yang sering kita gumulkan sebelum kita dapat berdoa. Dengan meneladani pola hidup dan pelayanan Tuhan Yesus, maka dapatlah dipahami bahwa kelimpahan rohani pelayan Tuhan didapatkan melalui bersaat teduh dengan Bapa secara Pribadi. Kelimpahan rohani itu menjadi kekuatan dalam setiap pelayanan yang dilakukan.

Advertisements
Deeper Journey, Faith

Aktif Berbuat, Bukan Pasif

Dalam dunia ini ada banyak tokoh-tokoh etika yang kenamaan, namun Tuhan Yesus Kristus melampaui mereka…
Fig 30 10 2018 09 03 00 1
Career, Faith, Life, What Matters

Percayalah kepada Tuhan

Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam…
Fig 21 08 2018 01 08 07 1
Deeper Journey, Faith

Roti yang Telah Kering

Lalu orang-orang Israel mengambil bekal orang-orang itu, tetapi tidak meminta keputusan Tuhan, maka Yosua mengadakan…
Fig 21 10 2018 20 48 49 1