Career, Finance, Life

Pandangan Tentang Uang

Fig 24 10 2018 23 48 33 1

Apakah Uang itu? Secara mendasar, uang adalah alat tukar yang dipakai dalam transaksi barang dan jasa. Sejak uang masih berupa kulit kerang, kepingan logam, hingga berwujud deretan digit angka di zaman ini, rupanya ketergantungan manusia pada alat tukar itu telah membuat posisi uang menjadi sedemikian istimewa. Dalam pandangan dunia, uang telah menjadi sinonim untuk segala akses, kekuasaan, pengaruh, kemungkinan, bahkan sampai kepada kebahagiaan dan jaminan masa depan.

Dalam Alkitab, keberadaan uang juga dapat dipakai untuk dua kepentingan. Uang dapat dipakai untuk hal-hal baik, termasuk dalam mendukung pelayanan Yesus ( Lukas 8 : 3 ). Sebaliknya, uang juga dapat menjadi sumber ketamakan dan menjerumuskan manusia dalam dosa seperti kisah Ananias dan Safira ( Kis 5 : 1-11 ). Alkitab juga menekankan pada bahaya dan kelemahan yang sering menghinggapi manusia jika sudah berhubungan dengan uang.

Dalam I Timotius 6 : 10, sikap cinta uang disebut sebagai akar segala kejahatan. Yesus sendiri berfirman bahwa uang adalah satu hal yang mudah membuat seseorang menjadi tidak setia ( Matius 6 : 24 ).

3 HAKIKAT PENTING DARI UANG

Uang adalah alat, bukan tujuan. Sebagai orang Kristen, tujuan kita adalah keselamatan ( I Petrus 1 : 9 ).

Uang memiliki sifat fluktuatif. Menaruh pengharapan pada satu hal yang tidak pasti seperti uang adalah sia-sia, itu sebabnya taruhlah pengharapan kita hanya kepada Kristus, dan labuhkanlah pengharapan kita sampai ke belakang tabir, sampai mencapai sasaran akhir, itulah kesempurnaan.

Yang jahat bukanlah uangnya, tapi keinginan manusia akan uang. Memiliki uang adalah masalah pilihan, apakah kita mau menggunakannya untuk sesuatu yang berguna? Bukan hanya semata-mata untuk memuaskan keinginan mata dan hati kita?

Pada dasarnya manusia itu tidak pernah merasa puas. Entah ia hidup dalam kemiskinan atau kelimpahan, yang jelas manusia tidak akan pernah merasa puas. Itu sebabnya Pengkhotbah 5 : 9 mencatat : “Siapa mencintai uang tidak akan puas dengan uang, dan siapa mencintai kekayaan tidak akan puas dengan penghasilannya.“
Sifat tidak pernah merasa puas inilah yang sering dimanfaatkan Iblis untuk membujuk manusia agar terus mengejar kekayaan, selalu bersungut-sungut dan tidak mau bersyukur. Namun, Alkitab menasehatkan agar kita mencukupkan diri dengan apa yang telah Tuhan berikan pada kita ( Ibr 13 : 5 ).

Jika saudara adalah seorang yang cukup diberkati Tuhan dalam kekayaan, perhatikan bagaimana saudara menggunakan kekayaan itu. Saat diperhadapkan dalam upaya mengelola kekayaan, ada begitu banyak pilihan yang terbentang di hadapan kita. Apakah kita akan mengembangkannya, menabung, membelanjakan, membagikan dsbnya. Dan ini dibutuhan prioritas! Apa yang menjadi prioritas kita ke sanalah uang itu akan digunakan. Sebagaimana yang tercatat dalam Lukas 12 : 34 “Karena dimana hartamu berada, di situ juga hatimu berada.“

Saudara, jika kita memperhatikan kehidupan tokoh-tokoh Alkitab yang dipercayai Tuhan untuk mengelola kekayaan dalam bentuk harta benda, maka kita akan dapat melihat bahwa kekayaan itu memiliki tujuan. Dan apakah kita juga bisa mengelola kekayaan kita secara bijak seperti Abraham, Ishak, Yakub, Yusuf, Ayub, Salomo, Daud, Yusuf Arimatea, atau kita justru bersikap seperti Ahab, Nebukadnezar, Haman, dsbnya?

Adalah keliru jika kita mengira bahwa kekayaan tidak perlu dikelola dan dikembangkan. Justru kekayaan harus dikelola dan diusahakan seperti Tuhan memerintahkan Adam dan Hawa untuk mengusahakan dan mengelola kekayaan alam yang Ia berikan kepada manusia ( Kejadian 2 : 15; 3 : 23 ). Demikian pula, harta benda kita juga harus dipelihara dan dikelola untuk kemuliaan Tuhan.

LALU BAGAIMANA CARA PENGELOLAAN KEUANGAN YANG TUHAN MAU?
Hal pertama yang dengan tegas dikatakan adalah kita harus rajin dan bekerja keras untuk nafkah kita ( 2 Tesalonika 3 : 10 ). Bahkan Alkitab juga memberi contoh teladan dari semut ( Amsal 6 : 6-11 ). Teladan dari semut berbicara mengenai kerajinan, kemandirian, dan juga kesiapan dalam hal perencanaan keuangan, termasuk di antaranya kebiasaan menabung ( berbeda dengan menimbun ). Alkitab memperingatkan kita tentang usaha manusia yang gemar menimbun harta bagi dirinya sendiri ( Lukas 12 : 16-21 ). Perlu digarisbawahi di sini bahwa yang diperingatkan adalah motivasi dalam menyimpan harta itu, yaitu untuk memuaskan nafsu diri sendiri. Sebab harta memang dapat membuat manusia daging merasa nyaman dan aman, akibatnya keberadaan harta itu tak jarang membuat seseorang merasa tidak memerlukan apa-apa lagi, ia merasa tidak butuh orang lain bahkan Tuhanpun ia rasa tidak butuh lagi.

Cara pengelolaan keuangan dalam Alkitab juga berbicara tentang tanggung jawab untuk mengembangkan apa yang telah dipercayakan Tuhan kepada kita ( Matius 25 : 14-30 ). Tuhan ingin agar kita mengusahakan dan mengembangkan kekayaan yang telah Ia anugerahkan, namun jangan lupa juga bahwa Ia juga akan meminta laporan pertanggung jawaban kita pada saatnya nanti.

Cara pengelolaan keuangan dalam Alkitab juga banyak mencatat dan menekankan tentang memberi kepada kehidupan yang kekurangan dan butuh pertolongan.
Seorang hamba Tuhan yang saya kenal dengan baik dan yang sangat baik terhadap saya, juga selalu mengelola keuangannya bagi mereka yang berkekurangan. Ada keuangan tertentu yang sudah hamba Tuhan ini khususkan untuk kehidupan-kehidupan yang kekurangan. Memang ini salah satu cara pengelolaan keuangan yang sangat baik dan yang tentu pasti menyenangkan hati Tuhan. Sebab Tuhan sendiri juga merupakan Pribadi yang selalu memperhatikan mereka yang kekurangan. Tuhan tidak hanya memperhatikan kehidupan rohani saja, buktinya Ia juga melakukan mujizat seperti memberi makan 5000 dan 4000 orang pria. Lebih dari itu, Ia juga menyatakan pembelaanNya terhadap mereka yang miskin dan tertindas: “Keinginan orang-orang yang tertindas telah Kau dengarkan ya Tuhan; Engkau menguatkan hati mereka, Engkau memasang telingaMu.“ ( Mazmur 10 : 17 ).

Bahkan Ulangan 15 : 11 dengan jelas menyatakan agar kita membuka tangan lebar-lebar kepada mereka yang miskin dan tertindas. Tetapi hukum ini tidak bisa dilakukan orang seorang pemuda kaya dalam Injil Markus 10 : 17-27, pemuda kaya ini tidak bisa memakai hartanya untuk memberkati sesamanya yang kekurangan. Dan hal itu sangatlah disayangkan sebab Yesus yang mengajarkan bahwa kekayaan itu hendaknya dipakai untuk melayani Tuhan dan sesama karena kekayaan merupakan sarana untuk memperhatikan sesama, namun pemuda kaya itu tidak sanggup memakai kekayaannya untuk hal yang demikian; dan hal inilah yang menjadi penyebab kegagalannya untuk setia mengikuti Yesus.

Padahal saudara, kalaupun ia memakai hartanya untuk memperhatikan orang miskin, ia tidak akan rugi, sebab apa saudara? Sebab resep menjadi kaya ala Alkitab sungguh unik. Amsal 11 : 24 berkata “Ada yang menyebar harta tetapi bertambah kaya, ada yang menghemat secara luar biasa, namun selalu berkekurangan.“ Tuhan tidak menyukai orang kikir, tetapi Ia memberkati orang-orang yang murah hati dan berbelas kasihan kepada mereka yang malang dan perlu bantuan. Berkat Tuhan bukan untuk kita nikmati sendiri, tapi muliakan Dia dengan berkat itu. Bahkan Amsal 19 : 17 mengatakan bahwa menolong orang miskin sama seperti memiutangi Tuhan. Itu sebabnnya, jangan kita seperti orang muda yang kaya ini takut rugi karena menolong orang lemah, tidak! Sebab Tuhan sendirilah yang akan membalasnya, justru saat kita memberi kepada orang lain, saat itu kita bagaikan sedang memiutangi Tuhan.

Tapi saudara…. bagi kehidupan yang masih kekurangan, Tuhan juga tidak ingin kita memiliki mental miskin, artinya jangan kita menjadikan kemiskinan kita sebagai alat untuk dibelaskasihani, untuk mengeluh, untuk mendapatkan perhatian orang lain, namun sebaliknya apapun keadaan kita saat ini, biarlah kita tetap memiliki mental kaya yang artinya kita mau berusaha menurut kemampuan kita tanpa membebani orang lain. Dan lebih dari itu milikilah selalu pengharapan bukan kepada kekayaan dan harta benda, namun pengharapan kepada Tuhan bahwa Ia akan memberi apa yang menjadi bagian kita menurut kekayaan dan kemuliaanNya, amen? Bahwa Tuhan akan memenuhi segala keperluan kita menurut kekayaan dan kemuliaanNya dalam Kristus Yesus ( Filipi 4 : 19 ).
Itu sebabnya kita tidak akan kuatir lagi, sebab selama di dunia, Yesus juga lebih banyak melakukan pelayanan dan berbicara kepada mereka yang termasuk dalam kelompok rakyat miskin. Dan salah satu pengajaranNya tentang kemakmuran dan kekayaan adalah soal kekhawatiran.

Matius 6 : 25-34 menyatakan janji dari Tuhan bahwa bagi kita yang percaya, tidak perlu ada kekhawatiran akan kebutuhan kita, sebab semuanya telah disediakan oleh Allah seperti Ia memelihara burung di udara dan rumput di padang, demikianlah Ia memelihara kita, amen? Sungguh Dia Tuhan yang sangat baik, tidak hanya rohani yang Ia perhatikan, tapi kehidupan jasmani juga Ia perhatikan.

Advertisements
Faith

Memanfaatkan Kesempatan Emas

LUKAS 23:42-43 (Judul Perikop : Yesus Disalibkan) “Lalu ia berkata: “Yesus, ingatlah akan aku, apabila…
Fig 06 05 2019 06 17 13 1
Career, Life

Kepuasan Hidup

Setiap manusia memiliki keinginan yang tiada habis-habisnya. Banyak orang menemukan dan mencapai banyak hal tetapi tetap…
Fig 25 10 2018 00 00 57 1